SEKITAR KITA

Bentuk Penguatan SDM untuk Sektor Pariwisata, Disparbudpora Sumenep Study Tour Libatkan Pelaku Wisata

Diterbitkan

-

Bentuk Penguatan SDM untuk Sektor Pariwisata, Disparbudpora Sumenep Study Tour Libatkan Pelaku Wisata

Memontum Sumenep – Sektor pariwisata menjadi bidikan serius untuk terus dikembangkan. Berkembangnya wisata, diharapkan mampu mendongkrak semua. Mulai pelaku wisata, pokdarwis (kelompok sadar wisata), karang taruna, BUMDes dan lain sebagainya.

Kepala Disparbudpora Sumenep, Bambang Irianto, melalui Kabid Pariwisata, Imam Bukhori, mengatakan sektor SDM pariwisata menjadi hal urgen dalam mengoptimalkan pengembangan sektor pariwisata. Eksesnya, meningkatkan ekonomi ditingkat dasar, peran kemitraan masyarakat dalam menunjang kemitraan pariwisata.

“Maka, kami ajak beberapa pelaku wisata yang terdiri dari pelaku wisata, pokdarwis (kelompok sadar wisata), karang taruna, BUMDes dan lain sebagainya. Mereka kami ajak untuk melihat langsung kondisi desa wisata yang sudah berhasil di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebab Pariwisata Jawa Tengah dinilai sukses,” kata Imam, Senin (22/11/2021).

Lebih lanjut Imam mengatakan, destinasi wisata yang didatangi yakni Desa Sumber Bulu. Desa itu, masuk dalam 50 besar dan sekarang menuju proses 16 besar. Itu desa yang tidak memilik objek wisata, tetapi mampu bangkit menjadi Desa Wisata.

Advertisement

Selain itu, study tour dilanjut ke Desa Berjo. Itu desa yang memiliki pendapatan dari pengelolaan wisata setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 4 miliar. Wisatanya yang dikelola, adalah air terjun, telaga dan candi. Dari pendapatan itu mampu meraup pundi-pundi pendapatan sekitar Rp 10 juta sampai 50 juta per bulannya. Itu diluar anggaran Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD).

Seperti juga di Desa Kemuning. Itu salah satu desa yang memilik kecanggihan teknologi dengan menghubungkan seluruh centra-centra yang ada di desa itu dalam satu jaringan internet. “Sehingga, kami hadir ke sana di centaralnya. Itu dapat memantau seluruh aktivitas, baik dari pasar hingga ladang pertanian yang ada di desa tersebut,” bebernya.

Baca juga :

Dengan begitu, katanya, dapat diperoleh data mengenai tingginya produksi padi setiap hari serta komoditas tani lainnya. Dengan demikian, surpurs atau minusnya produk-produk pertanian itu dapat langsung dihitung sehingga harganya juga dapat dikendalikan.

Dijelaskannya, banyak orang salah persepsi terkait desa wisata. Jadi, yang perlu ditekankan bahwa desa wisata itu bukan yang memiliki potensi desa wisata. Artinya desa wisata itu sebuah wisata yang dikelola oleh komunitas masyarakat yang ada di desa tersebut. Baik oleh kolaborasi dengan karang taruna, Pokdarwis, BUMDES atau komunitas baru yang memang sengaja dibentuk pengelolaan desa wisata.

Advertisement

“Bedanya, desa wisata dengan wisata lainnya. Kalau desa wisata, pengelolaannya dikelola oleh komunitas. Artinya, tidak oleh individu dan tidak oleh pemerintah. Tapi merupakan kolaborasi dari beberapa komunitas yang ada di masyarakat,” urainya.

Menurutnya, di Sumenep potensinya juga banyak. Artinya, banyak tempat wisata yang berdiri, namun arahnya kemana itu tergantung prosesnya. Misalnya, Pantai 9 itu dikelola oleh BUMDes. Artinya, Pantai 9 itu milik Pemdes yang dikelola BUMDes untuk menuju ke desa wisata.

“Maka, Pantai 9 tidak hanya dikelola oleh BUMDes, namun juga komunitas lain,” paparnya. (dan/edo/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas