SEKITAR KITA
RSUD Sumenep Konsisten Berantas Penyakit TB
Memontum Sumenep – Direktur RSUD dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep,Erliyati mengatakan penyakit Tuberkolosis (TB) tak boleh dipandang remeh. Pasalnya, ini masuk kategori penyakit menular. Penularannya bisa melalui Droplet (ludah/air liur). Penyakit TB ada beberapa macam, ada yang di paru dan ada yang di ekstra paru.
Erli mencontohkan seperti meningitis TB lalu ada TB di abdomen kemudian TBC ditulang dan yang lainnya. Pasien yang batuk bisa menular ke yang di sebelahnya jika orang itu tidak memakai masker. Gejala dari penyakit TB biasanya lama, batuknya terkadang lebih dari 2 minggu, terjadi penurunan berat badan, nafsu makan turun dan sering berkeringat di malam hari.
Sementara menurut dokter spesialis paru, Renny Irviana Eka Tantri mengatakan, penyakit TB suatu penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosis. “Langkah medis pertama yaitu tes cepat monokuler atau kita biasa sebut TCM. Biasanya pemeriksaannya bisa kita ambil dari dahak atas putum pasien. Lalu kita lihat hasilnya, jika memang positif berarti kita betul ini memang TBC. Tapi beberapa pasien memang ada yang tidak mengeluarkan dahak, kita lanjutkan dengan pemeriksaan ronsen dada,” ujarnya.
Tingkat keparahan itu sendiri, kata dia, tergantung seberapa cepat diagnosa TB itu bisa terdiagnosa. Semakin awal pasien itu datang semakin cepat terdiaknosa untuk sembuh. Kemudian biasanya ini banyak terjadi pada beberapa orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah atau emonokopromas.
Baca Juga : Kepulan Asap dari Cerobong Pembakaran Limbah RSUD dr Haryoto Lumajang Ditolak Warga
“Jadi biasanya pada pasien yang kencing manis atau diabet kemudian pasien yang memiliki auto imun ataupun pasien yang memiliki HIV. Nah itu rentan sekali untuk tertular TB. tergantung pasien itu masuk TB yang mana. TB yang kasus baru tentunya pengobatannya ikut kategori satu itu pengobatannya selama 6 bulan. Untuk yang kategori 2 itu biasanya selama 8 bulan, pengobatan dengan 2 bulan pertama kita berikan injeksi dan obat minum,” terangnya.
Dijelaskan lebih jauh, beda juga dengan pasien yang resisten obat. Tentunya juga berbeda mau resisten obat yang mana itu obatnya juga berbeda. Kalau kambuh biasanya, itu pasien terkontrol otomatis daya tahan tubuhnya lemah.
“Kalau misalkan pasien dengan pengobatan yang tidak tuntas atau drop out tentunya pengobatan tidak selesai. Jadi kuman TB yang ada di tubuh itu belum mati secara sempurna. Otomatis kuman itu bisa hidup kembali dan menimbulkan gejala kembali pada pasien tersebut,” seraya mengingatkan.
Biasanya, lanjut Renny, orang Indonesia menganggap remeh penyakit itu. Contoh paling banyak di Madura terutama di Sumenep, banyak pasien yang sudah memiliki gejala batuk tapi mereka tidak memeriksakan diri karena menganggap hal biasa. Begitu sudah berjalan beberapa bulan, batuknya tambah hebat atau biasa sampai timbul batuk darah atau sesak nafas, baru mereka datang untuk periksa. (roz/edo/ed2)
- SEKITAR KITA1 tahun
Sumenep Bermunajat, Bupati Fauzi Minta Doa Seluruh Masyarakat untuk Kemajuan Pembangunan
- Kabar Desa3 tahun
Heboh.. Sudah Meninggal, Cakades Rubaru Sumenep Menang Pilkades Serentak
- Hukum & Kriminal3 tahun
Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Sumenep
- SEKITAR KITA4 tahun
Geger, Pencairan Dana BOP Ponpes An Nuqoyah. Ada apa?
- Pendidikan2 tahun
Syiarkan Islam, IAAM Perkuat Silaturahmi dengan Halal Bihalal dan Pengajian Akbar
- Hukum & Kriminal1 tahun
Oknum Anggota Polres Sumenep dan Dua Oknum Wartawan Dibekuk karena Diduga Terseret Narkoba
- SEKITAR KITA3 tahun
Diduga Berubah menjadi Tempat Karaoke, Pemkab Sumenep Tutup Caffe Apoeng Kheta
- Hukum & Kriminal2 tahun
Asyik Main Judi Remi di Kandang Ayam, Enam Pria di Sumenep Ditangkap Polisi