SEKITAR KITA

Budayawan Sumenep Apresiasi Kepedulian Pemkab dalam Jembatani Transformasi Musik Tong-tong

Diterbitkan

-

Memontum Sumenep – Kepedulian Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam merawat tradisi, patut dihargai sebagai sebentuk apresiasi. Terlebih, berbagai event yang telah digelar, terus dikaji dan dievaluasi, guna tidak terkesan sekedar hura-hura.

Merawat tradisi atau melestarikan kearifan lokal, itu jangan sampai mengenyampingkan tuntunan di dalam tradisi itu. Melalui musik Tong-tong, dimungkinkan akan mengalami transformasi budaya atau berevolusi. Kalau dahulu dikenal dengan Tong-tong musik patrol, tapi di Era 1990-an dikenal Tong-tong musik Ul-daul.

“Saya mengapresiasi, Pemkab Sumenep dalam merawat tradisi. Tetapi, tetap segala gelaran even harus juga dievaluasi. Tiap event itukan harus ada pesan moral yang mau disampaikan ke masyarakat (publik). Secara kuantitas sudah oke, tetapi secara kualitas perlu dievaluasi lagi,” kata Budayawan Sumenep, Ibnu Hajar, Rabu (18/10/2023) tadi.

Menurut Ibnu, bukan hanya khusus festival musik Tong-tong. Namun, segala event harus dievaluasi. Misalnya terkait dampaknya, substansinya bagaimana penganggarannya. Termasuk, bagaimana mendatangkan wisatawan dari luar Sumenep. Sehingga, dapat menyumbang dari APBD Sumenep.

Advertisement

Baca juga :

Jadi, kata Ibnu, soal musik Tong-tong yang mengalami transformasi budaya itu menjadi ul-daul, memang mengikuti tuntutan jaman dan itu harus. Sebab kebudayaan itu adalah dinamis dan tidak stagnan. Ini memang menjadi karya seni yang luar biasa sehingga mampu berevolusi.

“Tapi perlu juga diperkenalkan pada generasi muda, bahwa musik Tong-tong sebelum mengalami transformasi dengan musik Tong-tong yang sudah bertransformasi menjadi musik ul-daul. Jadi ada maping atau pemetaan dimana ada seni musik tradisional, seni modern dan musik seni yang berevolusi,” paparnya.

Bagi budayawan satu ini, menganggap tidak masalah seni musik Tong-tong bertransformasi, asal jangan menghilangkan substansi atau kearifan lokalnya (lokal wisdom). Tapi generasi muda juga harus tahu mana seni musik tradisional dan mana seni musik yang modern.

“La iyalah, ketika bicara karya seni budaya, itu tidak sekedar hiburan tapi memiliki pesan moral. Misalnya terkait kekompakan hingga harmonisasi hidup. Seperti musik Tong-tong, didalamnya ada tari-tarian, ada tembang atau kejungan. Saya tidak tahu yang dinilai itu soal harmonisasinya, unsur musikalnya, ada kidung-kidungnya yang mengandung pesan moral dan dari unsur gerakannya memunculkan filosofi seperti apa. Sebab produk kebudayaan itu kan komplek,” ujarnya. (edo/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Trending

Lewat ke baris perkakas